Jumat, 24 Desember 2010

Lawan Malaysia Bukan Tim Kelas Dunia


Kuala Lumpur - Indonesia merupakan tim unggulan. Meski begitu sejumlah pihak di Malaysia menilai ini membuat Indonesia berada dalam tekanan. Mereka juga mengatakan Malaysia tak sedang menghadapi tim kelas dunia.

Status unggulan yang disandang Indonesia tersebut terlihat di sejumlah rumah taruhan dunia. Di rumah taruhan BetBrain, tim Garuda dijagokan sebagai juara dengan koefisien 1,25 berbanding 3,55 milik Malaysia.

Untuk laga final leg pertama di Stadion Bukit Jalil akhir pekan ini, Irfan Bachdim dkk. dijagokan menang dengan koefisien 2,30. Koefisien yang dimiliki Malaysia adalah 2,80 sementara untuk hasil seri mendapat angka 3,10.

Anak asuh Alfred Riedl juga diunggulkan diOddsportal.com dengan koefisien 2,28 berbanding 2,80 milik Malaysia. Sementara hasil seri adalah 3,15.

Status unggulan memang layak disandang Indonesia. Menjadi tim paling produktif dengan 15 gol dan hanya kemasukan dua sejauh ini menjadi bukti.

Meski begitu Malaysia acuh tak acuh dengan kondisi tersebut, baik itu status unggulan yang ditempatkan oleh rumah judi mau pun fakta statistik perjalanan Indonesia di Piala AFF 2010. Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah mantan pemain mau pun pelatih timnas Malaysia.

"Indonesia mengalami kesulitan dan hanya membukukan satu gol (di setiap leg) di semifinal. Itu menunjukkan bahwa mereka merasakan tekanan," tukas eks pelatih Malaysua B. Sathianathan dikutip dari The Star Online.

"Malaysia tidak melawan tim kelas dunia. Tidak ada perbedaan jauh antara Malaysia dan Indonesia. Kami punya kesempatan untuk menang," ujar Dollah Salleh, pemain Malaysia tahun 1985-1996.

"Pemain telah bangkit dan kini sudah cukup matang untuk menghadapi suporter. Mereka sudah melakukan tugas dengan baik di Hanoi untuk menyingkirkan Vietnam. Ini kesempatan bagi tim asuhan K. Rajagopal untuk kembali mencetak sejarah," kata Ong Kim Swee yang menjadi pilar timnas Harimau Melayu era 1990-an.

"Pertahanan Indonesia bisa ditembus. Kami memiliki semangat bertanding. Kini masalahnya adalah bagaimana empat bek kami bisa menghentikan dua penyerang dan juga pemain-pemain sayap lincah Indonesia," timpal Abdul Rahman Ibrahim, pelatih Malaysia tahun 1987.
From: DetikSPort
Readmore

Penurunan Produktivitas Gol Harus Jadi Catatan Riedl


Jakarta - Timnas Indonesia mencetak banyak gol di laga awal. Namun di dua laga terakhir ada penurunan produktivitas. Pelatih Alfred Riedl harus mengantisipasi catatan ini.

Saat babak penyisihan 1 Desember lalu, Indonesia melibas Malaysia dengan skor 5-1. Dua hari berselang, giliran Laos yang dibantai dengan angka 6-0.

Pertandingan ketiga melawan Thailand, Firman Utina cs hanya mampu menang 2-1. Itu pun diperoleh lewat tendangan pinalti Bambang Pamungkas.

Di babak semifinal, produktivitas gol tim Garuda semakin mengecil. Dalam dua laga melawan Filipina di stadion Gelora Bung Karno (GBK), Indonesia mencetak total dua gol.

Bagi mantan pelatih timnas Indonesia Benny Dolo, tren menurunnya gol ini menunjukkan ada kelemahan di tim. Karena itu, Riedl harus terus melakukan evaluasi.

"Dari kemenangan yang sangat besar lawan Malaysia terus menurun dan turun. Itu juga harus menjadi catatan, saya fikir Riedl tahu persis itu. Makanya dia tidak memperlihatkan ekspresi yang luar biasa ketika menang lawan Filipina, masih ada kelemahan di tim," jelas Benny saat berbincang dengan detiksport, Jumat (24/12/2010).

Menurut Bendol, sapaan akrabnya, Malaysia di final adalah tim yang berbeda dengan babak penyisihan lalu. Tim asuhan K Rajagopal tersebut mampu bangkit dari kekalahan meski jauh dari kandang.

"Berbeda dengan tim kita yang lima kali berturut-turut bertanding di kandang," sambungnya.

Mental pemain juga dinilai oleh Bendol sangat penting. "Pertandingan final sangat berbeda dengan pertandingan sebelumnya dibutuhkan mental yang tangguh dan kuat untuk bisa memenangkan pertandingan ini," pungkasnya.
From: DetikSport
Readmore